BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu
terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan
dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik
ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan ilmu?
2. Apa yang dimaksud
dengan menuntut ilmu ?
3. Mengapa manusia wajib
menuntut ilmu ?
4. Apakah keutamaan orang
yang berilmu ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
pengertian dari ilmu
2. Untuk mengetahui
pengertian menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui
kewajiban menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui
keutamaan orang yang berilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu
Ilmu
berasal dari kata علم- يعلم- علما yang
artinya mengetahui, lawan dari kata جهلyang
artinya bodoh.
Ilmu
pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang
berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian
dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghib al- Ashfahani
dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu
sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama,
mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua,
menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika
dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus,
“Mayoritas ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg
paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan
kepada allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah
syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli
basaha.
Al Manawi dalam kitab At-taufiq
berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai dengan realita. Bisa
juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu adalah
tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
B. Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum
beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu
pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya
dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan
lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad
Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena
mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa
Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya
adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah
menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling
di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke
arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek
lain yang ada pada setiap individu.
Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh
Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang
yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang
terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas
tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang
melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan,
serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3]
C. Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar hukum menuntut ilmu
yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut
ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk
menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang
dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim
itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat
diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib,
dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa
menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih
dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa
meraih kedua-duanya.
Firman Allah pada surat
Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya : “ Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang
turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan
juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk
bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga
dapat menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah sering
berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut
ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian
Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini
sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an,
Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya
perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu
itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut
ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian
pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan
dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu.
Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi yang
tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal)
manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa
untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan itu diperoleh
manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir
lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak
memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang
dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah memerintahkan
manusia untuk menggali lautan ilmu-Nya.
Seberapapun tingginya
ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu
Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah yang
lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu
pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan
di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan
ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan
untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari
manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita
amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal
jariyah yang tak akan terputus.
“Sesungguhnya dunia
adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-orang yang
mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga orang
orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah selalu
antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya dengan gigih.
Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari
berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan
dari Abdullah bin Mas’ud bahwa rosulullah bersabda
Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu
ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu
waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu
ajarkanlah kepadda manusia.
D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak
sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata
Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai
demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat
dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam
Al-qur’an dan As-Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu
dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya.
Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan
mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya.
Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara
langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu
sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak
mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.
Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio
dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam
seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2. Ilmu tidak terputus
lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak
terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua
amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran
selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh
selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka
terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim
no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang
yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi
akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh
murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya
dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan
seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai
kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk
manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan
mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi
hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang,
dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba
maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari
Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan
meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah
kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S
Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini
menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian
maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya
dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang
dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di
jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang
berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan
kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan
orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah
menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah
jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang
paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai
bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak
sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah
bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi
mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju
syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena
keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi
dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi
orang yang berilmu
6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu
sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa.
Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan
dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
Syarat-syarat
menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam
Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat
mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas
(Dzakaun)
Kecerdasan merupakan
syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah
mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak
tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini
bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah
waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana
baju dan celana.
2. Rakus
(hirsun)
Rakus adalah
(punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman
belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di
luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama,
jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan
sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh
Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut
ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan.
Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu
diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan
Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada
perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan
diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam
pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo
(menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan
sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan
lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari
hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut
ilmu. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul
menjanjikan kepada para penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah
pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya)
pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan
lain selama manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah
Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan
oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa
menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain,
solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
5. Petunjuk
guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru,
seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk,
walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak
bisa mituturi (memberi nasihat)
6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka
sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan
:”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar
harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah
cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang
untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan
itu bukanlah waktu yang singkat.
Adab mencari ilmu
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu
adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas
benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain
ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan
menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu
haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan
dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di
jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan
mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari
lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah
: “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia
menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah
lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran
terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap
gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70).
Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan
dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan
memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan
murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat
dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk
menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan,
menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau
mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak
bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang
yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum
kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Untuk itu, menuntut ilmu
merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk
menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam
bersabda :
E. Kandungan Hadits
1. Hadits tentang hukum menuntut
ilmu
Hadits
tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu
bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan
tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu
menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu
dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani
kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim
dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk –
makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3]
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut
ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya,
melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits
Nabi Muhammad saw.
Dan
janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang
yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu
bahkan mereka akan menertawakannya.[4]
Dalam hadits lain juga
telah disebutkan bahwa :
اطلب العلم من المحد الى
اللهد0 (رواه مسلم)
“Carilah ilmu dari buaian
sampai liang lahat” (H. R. Muslim)
2. Hadits
tentang anjuran menjaga ilmu
Rosulullah mengucapkan hadits
ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani
dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi bersabda :“Pelajarilah
ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah
cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda : “Punahnya ilmu itu
dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)”
Hadits
ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan
peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar –
benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa
tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits
ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak
ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits lain juga
disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
و كتب عمر بن عبد العزيز الى
ابى بكر ابن حزم: انظر ما كان من حديث رسول الله ص.م. فاكتبه فانى خفت دروس العلم
و ذهب العلمآء. و لا تقبل الا حديث النبي ص.م. و التفشو العلم. و التجلس حتى يعلم
من لا يعلم. فأن العلم لا يهلك حتى يكون سرا. (متفق عليه)
Umar bin Abdul aziz menulis
surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits – hadits Nabi yang kau temukan
dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama
(meninggal)janganlah engkau terima selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan
seksama sampai mengetahui sesuatu yang tidak diketahui,ilmu tidak akan
rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R. Bukhori-Muslim).[6]
3. Hadits
tentang keutamaan menuntut ilmu
Adapun munasabah yang
berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari
Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu
maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm
itu dinilai sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan
mendapatkan surganya Allah karena
dinilai sama dengan mati syahid.
4. Hadits
tentang peran ilmu terhadap pendidikan
Rosulullah SAW
memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai :
a. Cinta
terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta
terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits :
عن انس بن مالك رضى الله عنه انه قال . قال
النبي صلى الله عليه وسلم : لا يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده
والناس اجمعين. (رواه البخارى)
Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi
SAW bersabda,” Seseorang diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih
dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” ( H.R.
Bukhori )[7]
b. Cinta
kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan
cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya.
Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana
Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 :
انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و
يطهركم تطهيرا
Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
c. Memberikan
pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah
yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat
yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari
sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW bersabda :
عن عثمان بن عفان رضى الله عنه عن النبى صلى
الله عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم القراّن و علمه. (رواه البخارى)
Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi
SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara kamu adalah orang
yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut
ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama
kepada orang yang enggan menerima ilmu
2. Ilmu
akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin
yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling
menyesatkan satu sama lain
3. Bahwa
dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat.
Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang
menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan
Allah kepada orang yang mencari ilmu.
4. Ilmu
mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan
adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat
jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat,
maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.
B. Penutup
Kita
sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadits sebagai
buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai,
dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan.
Dan
kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami
tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail
al-bukhori al-Jufri, Shohih Bikhori.
Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib
al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as
al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu Daud.
Al
Qur’an Al Karim
Al-asqolani,
Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri
Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
As
Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah,
Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta’limul
Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah
[1] Abuddin Nata. Al-Qur’an
dan Hadits,( Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,1992),h.117
[3]Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an
berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,(Jakarta : Gema Insani),h.93s
thank you
ReplyDelete