A.
Asal-usul Tata Surya
Banyak
ahli telah mengemukakan hipotesis tentang asal-usul Tata Surya, diantaranya.
- Hipotesis
Nebula
Hipotesis
Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga
dikembangkan oleh Pierre Marquis de
Laplace
secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini lebih dikenal
dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal
Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula dan unsur gas yang sebagian
besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut, berputar
semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari.
Akibat gaya gravitasi tersebut gas-gas memadat
seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
- Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis
Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal
mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang
lewat cukup dekat dengan matahari. Pada masa awal pembentukan matahari,
kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari dan
bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari.
Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang
memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali dan
sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin, memadat, dan menjadi benda-benda
berukuran kecil yang disebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu
sehingga membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi
komet dan asteroid.
- Hipotesis
Pasang Surut Bintang
Hipotesis
Pasang Surut Bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk
karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan
bintang lain oleh gaya pasang surut yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu
hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya
atas hipotesis tersebut.
- Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. uiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
- Hipotesis
Bintang Kembar
Hipotesis
Bintang Kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis Bintang Kembar
menjelaskan bahwa Tata Surya berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan
saling berdekatan. Kemudian salah satunya meledak dan meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
B.
Sejarah Penemuan
Lima
planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman
dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di
dunia memiliki nama sendiri untuk masing-masing
planet.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia
untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam”
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat
berbagai perubahan bentuk penampakan Venus seperti Venus Sabit atau
Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.
Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop
Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang
berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan
perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang
lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan
pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus pada 1781. Perhitungan
cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Kemudian
Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata
tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan,
ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah
Neptunus. Kemudian pada 1978 ditemukan satelit yang mengelilingi Pluto yaitu
Charon yang sebelumnya sempat dikira sebagai planet karena ukurannya tidak jauh
berbeda dengan Pluto.
Para
astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil yang letaknya melampaui
Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi
Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai
Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian
dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek
Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003
EL61 (1.500
km pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk
Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki
satelit.
C.
Struktur Tata Surya
Komponen
utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung
99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya. Yupiter dan Saturnus merupakan dua komponen terbesar yang mengedari
matahari menyangkup kira-kira 90 persen massa selebihnya. Hampir semua
objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada
ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda
sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika. Planet-planet dan objek-objek
Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari dengan berlawanan arah jarum
jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari kecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari
objek-objek Tata Surya sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips
dengan matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih
dekat dari matahari memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips,
jarak antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat
antara objek dengan matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik
perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet hampir berbentuk
lingkaran sedangkan komet, asteroid, dan objek sabuk Kuiper orbitnya berbentuk elips.
Untuk
mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak yang
sama antar orbit. Semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari,
semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edar orbit sebelumnya.
Sebagai contoh: Venus terletak sekitar sekitar
0,33 SA dari Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba
untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum
Titus-Bode),
tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir
semua planet-planet di Tata Surya memiliki sistem sekunder yang kebanyakan
adalah benda pengorbit alami (satelit atau bulan). Beberapa benda ini memiliki
ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu
sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet
terbesar juga memiliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang
mengorbit secara serempak.
D.
Terminologi
Secara
informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam
mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Tata Surya bagian luar terdapat empat gas planet
raksasa. Sejak ditemukan Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah tersendiri yang
meliputi semua objek melampaui Neptunus.
Secara
dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata
Surya.
Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai massa cukup
besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Menurut definisi ini,
Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status
planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk
Kuiper. Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang
mengelilingi matahari dan mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk
bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut
definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil, yaitu: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Objek lain yang mungkin
akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki
orbit di daerah trans-Neptunus disebut plutoid.
Sisa
objek-objek lain yang mengitari matahari adalah benda kecil Tata Surya. Ilmuwan
ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat
yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menyebut bahan bertitik
lebur tinggi (lebih besar dari 500 K). Contoh: silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian
dalam yang merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan
asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom,
hidrogen, helium, dan gas mulia. Bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata
Surya yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Es seperti air, metana, amonia, dan karbon dioksida memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan
ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia
juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (es raksasa) serta berbagai benda kecil yang terletak di
dekat orbit Neptunus.
E.
Zona Tata Surya
Zona
Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian
luar, dan sabuk Kuiper.
Di
zona planet bagian dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan
letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km,
atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106
km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106
km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106
km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km,
dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Sabuk asteroid adalah kumpulan batuan metal dan mineral yang terletak di
antara Mars dan Yupiter.. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter
sekitar100 km atau lebih. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan
sampai menyimpang Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron). Ceres adalah bagian dari kumpulan
asteroid ini yang berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil.
Pada
zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109
km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109
km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan
1,66 g/cm3. Jarak rata-rata antara planet-planet dengan
matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris
matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan
efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya pada planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode sehingga membuat
para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
F.
Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen
utama sistem Tata Surya.Bintang ini berukuran 332.830 kali dari
massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup
besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan
energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik yang
termasuk spektrum optik.
Matahari
dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning yang berukuran tengahan.
Nama ini menyebabkan kesalahpahaman karena dibandingkan dengan bintang-bintang
yang ada di dalam galaksi Bima Sakti matahari termasuk cukup besar dan
cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram
Hertzsprung-Russell
yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum,
bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti
pola ini dikatakan terletak pada deret utama dan matahari terletak persis di tengah deret ini. Akan tetapi
bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah
langka sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang. Matahari
secara metalisitas dikategorikan sebagai
bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat
evolusi alam semesta sehingga mengandung banyak
unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium (metal) dibandingkan dengan
bintang “populasi II”. Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti
bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah
terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih
berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan
bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas
yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem
Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.
Disamping
cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel
bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada
kecepatan 1,5 juta kilometer per jam sehingga menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya sejauh 100 SA. Kesemuanya ini
disebut medium
antarplanet.
Badai
geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan
matahari (solar
flares) dan pengeluaran massa korona (coronal mass ejection)
menyebabkan gangguan pada heliosfer sehingga menciptakan cuaca ruang angkasa.
Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current
sheet), yaitu sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis
matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan
magnet karena atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara
angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora yang dapat dilihat dekat
kutub magnetik bumi.
Heliosfer
juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet
planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet
matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang sehingga
derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi meskipun
tidak diketahui seberapa besar.
Medium
antarplanet juga merupakan tempat berada dua daerah mirip piringan yang berisi
debu kosmis. Daerah pertama, awan debu zodiak yang terletak di Tata Surya
bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk
dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh
interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua, membentang antara 10 SA sampai
sekitar 40 SA dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di
dalam Sabuk Kuiper.
G.
Tata Surya Bagian Dalam
Tata
Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari. Radius dari seluruh daerah
ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
H.
Planet-Planet Bagian Dalam
Planet-planet
bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat planet bagian dalam atau planet
kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat dan
hampir tidak mempunyai bulan dan sistem cincin. Komposisi utama planet ini
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Venus, Bumi dan Mars memiliki atmosfer, kawah meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan
bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet
inferior.
v Merkurius
Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri
geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges
atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal
sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari
atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari.
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat
diterangkan. Menurut dugaan hipotesis lapisan luar planet ini terlepas setelah
terjadi tabrakan raksasa dan perkembangan (akresi) penuhnya terhambat oleh
energi awal matahari.
v Venus
Venus (0,7 SA) berukuran 0,815
kali dari massa bumi. Planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan
berinti besi, atmosfer yang tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi
planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat
dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan
suhu permukaan mencapai 400 °C yang kemungkinan besar disebabkan jumlah
gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis
Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang
bisa mencegah habisnya atmosfer diduga sumber atmosfer Venus berasal dari
gunung berapi.
v Bumi
Bumi adalah planet bagian dalam
yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah satu-satunya yang diketahui memiliki
aktivitas geologi dan memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah
khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet
yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit yaitu bulan dan satu-satunya satelit
besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
v Mars
Mars (1,5 SA) berukuran lebih
keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis
yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles
marineris
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua
satelit alami kecil yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi
v Sabuk
Asteroid
Asteroid adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan
mineral logam beku. Sabuk asteroid utama terletak di antara
orbit Mars dan Yupiter yang berjarak antara 2,3-3,3
SA dari matahari. Asteroid merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang
gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. Gradasi ukuran asteroid
adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar
diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata
Surya.
Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik. Sabuk asteroid terdiri dari
beribu-ribu hingga jutaan objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun
demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu
massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat karena kapal ruang angkasa secara rutin
menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter
antara 10 dan 10-4 m disebut meteorid.
Susunan tata Surya
Asal Usul terbentuknya Tata
Surya
|
Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www , SmsQQ , com
ReplyDeleteKeunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
bosku minat daftar langsung aja bosku^^