BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam keadaan bebas (kecuali pada suhu
tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok atom yang disebut sebagai
molekul. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa secara energi,
kelompok-kelompok atom atau molekul merupakan keadaan yang lebih stabil
dibanding unsur-unsur dalam keadaan bebas.
Selain
gas mulia di alam unsur-unsur tidak selalu berada sebagai unsur bebas (sebagai
atom tunggal), tetapi kebanyakan bergabung dengan atom unsur lain. Tahun 1916
G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektron. Kecuali He; mempunyai 2 elektron valensi; unsur-unsur gas
mulia mempunyai 8 elektron valensi sehingga gas mulia bersifat stabil. Atom-atom
unsur cenderung mengikuti gas mulia untuk mencapai kestabilan.
Jika
atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut mengikuti aturan oktet.
Unsur-unsur dengan nomor atom kecil (seperti H dan Li) berusaha mempunyai
elektron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan duplet. Cara yang
diambil unsur supaya dapat mengikuti gas mulia, yaitu:
1. melepas atau menerima elektron;
Pada
bab struktur atom dan sistem periodik unsur, Anda sudah mempelajari bahwa sampai
saat ini jumlah unsur yang dikenal manusia, baik unsur alam maupun unsur
sintetis telah mencapai sebanyak 118 unsur. Tahukah Anda bahwa di alam semesta
ini sangat jarang sekali ditemukan atom berdiri sendirian, tapi hampir semuanya
berikatan dengan dengan atom lain dalam bentuk senyawa, baik senyawa kovalen
maupun senyawa ionik. Pernahkah Anda membayangkan berapa banyak senyawa yang
dapat terbentuk di alam semesta ini? Mengapa atom-atom tersebut dapat saling
berikatan satu dengan yang lain? Apakah setiap atom pasti dapat berikatan
dengan atom-atom lain? Apakah ikatan antaratom dalam senyawa – senyawa di alam
ini semuanya sama? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan – pertanyaan
tersebut, Anda harus mempelajari bab Ikatan kimia ini.
Pada
bab ini Anda akan mempelajari apakah ikatan kimia itu, mengapa atom-atom dapat
saling berikatan, apa saja jenis-jenis ikatan kimia, dan lain-lain. Gaya yang
mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa disebutikatan
kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1916
oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht
Kossel (1853-1927) dari Jerman.
Konsep
tersebut adalah:
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar,
Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia
memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk
memiliki susunan elektron yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan
melepaskan elektron atau menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil
hanya dapat dicapai dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara
melepaskan elektron, menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara
bersama-sama.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah terbentuknya ikatan kimia?
2. Apa-apa sajakah jenis dari ikatan kimia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang ikatan kimia.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang ikatan
kimia yang kita temukan dalam kehidupan.
D. Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan
dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam
pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Terbentuknya Ikatan Kimia
Pada
umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung dengan atom
lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami ditambah dengan belasan unsur
buatan, dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak hingga.
Antara
dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi
ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya-gaya yang menahan
atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia.
Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron
stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas
mulia (Golongan VIII A).
Sebuah
atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki elektron terluar 1, 2, atau
3 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
11Na : 2 8 1 ; Gas mulia terdekat ialah 10Ne : 2
8
Jika dibandingkan dengan atom Ne,
maka atom Na kelebihan satu elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat
dicapai dengan cara melepaskan satu elektron.
Na (2 8
1) à Na+ (2 8) + e–
Sebuah
atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron terluar 4, 5, 6,
atau 7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
9F : 2 7 ; Gas mulia yang terdekat ialah 10Ne :
2 8.
Konfigurasi Ne dapat dicapai dengan
cara menerima satu elektron.
F (2 7) +
e– à F- (2 8)
Jika
masing-masing atom sukar untuk melepaskan elektron (memiliki keelektronegatifan
tinggi), maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan elektron secara bersama
dalam membentuk suatu senyawa. Cara Ini merupakan peristiwa yang terjadi pada
pembentukan ikatan kovalen. Misalnya atom fluorin dan fluorin, keduanya
sama-sama kekurangan elektron, sehingga lebih cenderung memakai bersama
elektron terluarnya.
Jika
suatu atom melepaskan elektron, berarti atom tersebut memberikan elektron
kepada atom lain. Sebaliknya, jika suatu atom menangkap elektron, berarti atom
itu menerima elektron dari atom lain. Jadi, susunan elektron yang stabil dapat
dicapai dengan berikatan dengan atom lain.
Kecenderungan
atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron seperti gas mulia
atau 8 elektron pada kulit terluar disebut ”kaidah oktet”.
Sementara itu atom-atom yang
mempunyai kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas helium
disebut ”kaidah duplet”.
Agar
dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia, antarunsur mengadakan
hal-hal berikut.
1. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom
lain (serah terima elektron).
Atom
yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang
menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif, sehingga terjadilah gaya
elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan
ini disebut ikatan ion.
2. Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua
atom sehingga terbentuk ikatan kovalen.
3. Selain itu, dikenal juga adanya ikatan lain
yaitu:
a. Ikatan logam,
b. Ikatan hidrogen,
c. Ikatan Van der Waals.
2. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
2.1 Ikatan Ion
Atom-atom
yang melepas elektron menjadi ion positif (kation) sedang atom-atom yang
menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan ion biasanya disebut
ikatan elektrovalen. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik.
Senyawa ionik biasanya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan nonlogam.
Ikatan
ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara
ion positif dan ion negatif, ini terjadi karena kedua ion tersebut
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar. Ion positif terbentuk karena
unsur logam melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena
unsur nonlogam menerima elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima
elektron.Contoh: NaCl, MgO, CaF2, Li2O, AlF3, dan lain-lain.
Ikatan
ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa ion
berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu. NaCl mempunyai struktur yang
berbentuk kubus, di mana tiap ion Na+ dikelilingi
oleh 6 ion Cl– dan tiap ion Cl–
dikelilingi oleh 6 ion Na+.
Atom-atom
membentuk ikatan ion karena masing-masing atom ingin mencapai
keseimbangan/kestabilan seperti struktur elektron gas mulia. Ikatan ion
terbentuk antara:
a.
ion positif dengan ion negatif,
b.
atom-atom berenergi potensial
ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas elektron besar (Atom-atom unsur
golongan IA, IIA dengan atom-atom unsur golongan VIA, VIIA),
c.
atom-atom dengan keelektronegatifan
kecil dengan atom-atom yang mempunyai keelektronegatifan besar.
Sifat-sifat
senyawa ion sebagai berikut.
a.
Dalam bentuk padatan tidak
menghantar listrik karena partikel-partikel ionnya terikat kuat pada kisi,
sehingga tidak ada elektron yang bebas bergerak.
b.
Leburan dan larutannya
menghantarkan listrik.
c.
Umumnya berupa zat padat kristal
yang permukaannya keras dan sukar digores.
d.
Titik leleh dan titik didihnya
tinggi.
e.
Larut dalam pelarut polar dan tidak
larut dalam pelarut nonpolar.
Lambang
titik elektron Lewis terdiri atas lambang unsur dan titik-titik yang setiap
titiknya menggambarkan satu elektron valensi dari atom-atom unsur. Titik-titik
elektron adalah elektron terluarnya.
Untuk
membedakan asal elektron valensi penggunaan tanda (O) boleh diganti dengan
tanda (x), tetapi pada dasarnya elektron mempunyai lambang titik Lewis yang
mirip.
Lambang
titik Lewis untuk logam transisi, lantanida, dan aktinida tidak dapat
dituliskan secara sederhana, karena mempunyai kulit dalam yang tidak terisi
penuh. Lambang Lewis juga membantu untuk menentukan bentuk suatu ikatan atom.
Berikut bentuk-bentuk molekul .
2.2 Ikatan Kovalen
Bila
atom-atom yang memiliki keelektronegatifan sama bergabung, maka tidak akan
terjadi perpindahan elektron, tetapi kedua elektron itu digunakan bersama oleh
kedua atom yang berikatan. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi
antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam yang lain dengan cara pemakaian
bersama pasangan elektron. Adakalanya dua atom dapat menggunakan lebih dari
satu pasang elektron. Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang sama-sama
ingin menangkap elektron (sesama atom bukan logam). Apabila yang digunakan
bersama dua pasang atau tiga pasang maka akan terbentuk ikatan kovalen rangkap
dua atau rangkap tiga. Jumlah elektron valensi yang digunakan untuk berikatan
tergantung pada kebutuhan tiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron seperti
gas mulia (kaidah duplet atau oktet).
Ikatan
kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom-atom yang
berikatan. Pasangan elektron yang dipakai bersama disebut pasangan elektron
ikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam
pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan
kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis (contoh:
H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2,
I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan
lain-lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa
kovalen.
Penggunaan
bersama pasangan elektron digambarkan oleh Lewis menggunakan titik elektron.
Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di sekelilingnya terdapat titik, silang
atau bulatan kecil yang menggambarkan elektron valensi atom yang
bersangkutan. Struktur Lewis adalah penggambaran ikatan kovalen yang
menggunakan lambang titik Lewis di mana PEI dinyatakan dengan satu garis atau
sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom dan PEB dinyatakan dengan
titik-titik pada masing-masing atom.
Apabila
dua atom hidrogen membentuk ikatan maka masing-masing atom menyumbangkan sebuah
elektron dan membentuk sepasang elektron yang digunakan bersama. Sepasang
elektron bisa digantikan dengan sebuah garis yang disebut tangan ikatan.
Jumlah tangan dapat menggambarkan jumlah ikatan dalam suatu senyawa kovalen.
Sifat-sifat
senyawa kovalen sebagai berikut:
a.
Pada suhu kamar umumnya berupa gas
(misal H2, O2, N2, Cl2, CO2),
cair (misalnya: H2O dan HCl), ataupun berupa padatan.
b.
Titik didih dan titik lelehnya
rendah, karena gaya tarik-menarik antarmolekulnya lemah meskipun ikatan
antaratomnya kuat.
c.
Larut dalam pelarut nonpolar dan
beberapa di antaranya dapat berinteraksi dengan pelarut polar.
d.
Larutannya dalam air ada yang
menghantar arus listrik (misal HCl) tetapi sebagian besar tidak dapat
menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau larutannya.
Anda
dapat memprediksi ikatan kimia apabila mengetahui konfigurasi elektron dari
atom unsur tersebut (elektron valensinya). Dari situ akan diketahui jumlah
kekurangan elektron masing-masing unsur untuk mencapai kaidah oktet
dan dupet (kestabilan struktur seperti struktur elektron gas mulia). Jarak
antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan. Sedangkan
energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi ikatan.
Pada pasangan unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling
lemah dan paling panjang. Semakin banyak pasangan elektron milik bersama,
semakin kuat ikatan dan panjang ikatannya semakin kecil/pendek.
Adapun
macam-macam ikatan kovalen berdasarkan jumlah PEI-nya yaitu ikatan
kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI. Contoh: H2,
H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6) atau H – H
, H-O-H , ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang
memiliki 2 pasang PEI. Contoh: O2, CO2(konfigurasi
elektron O = 2, 6; C = 2, 4) atau O = O , O = C = O, dan ikatan kovalen rangkap
3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI. Contoh: N2 (Konfigurasi
elektron N = 2, 5) atau N ≡ N.
Ikatan
kovalen yang hanya melibatkan sepasang elektron disebut ikatan
tunggal (dilambangkan dengan satu garis), sedangkan ikatan kovalen
yang melibatkan lebih dari sepasang elektron disebut ikatan rangkap.
Ikatan yang melibatkan dua pasang elektron disebut ikatan rangkap
dua (dilambangkan dengan dua garis), sedangkan ikatan yang melibatkan
tiga pasang elektron disebut ikatan rangkap tiga(dilambangkan
dengan tiga garis).
a. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan
kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terjadi karena pasangan elektron
yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan
kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang PEI-nya berasal dari salah satu
atom yang berikatan. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan
kovalen di mana pasangan elektron yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh
satu atom, sedangkan atom yang satu lagi tidak menyumbangkan elektron.
Ikatan
kovalen koordinat dapat terjadi antara suatu atom yang mempunyai pasangan
elektron bebas dan sudah mencapai konfigurasi oktet dengan atom lain yang
membutuhkan dua elektron dan belum mencapai konfigurasi oktet.
Ketika
membuat rumus Lewis dari asam-asam oksi (misalnya asam sulfat/H2SO4)
lebih dahulu dituliskan bayangan strukturnya kemudian membuat rumus Lewisnya
yang dimulai dari atom hidrogen. Hal ini untuk mengetahui jenis-jenis ikatan
yang ada, antara ikatan kovalen atau ikatan kovalen koordinat.
Pada
ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang digunakan bersama dengan atom lain
berasal dari masing-masing atom unsur yang berikatan. Namun apabila pasangan
elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan, maka
disebut ikatan kovalen koordinasi.
b. Polarisasi Ikatan Kovalen
Perbedaan
keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya perbedaan
keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik
ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang
menyebabkan senyawa menjadi polar.
Pada
senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena
daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu menyebabkan
terjadinya polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H,
hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.
Contoh:
1) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr,
HI, HF, H2O, NH3.
2) Senyawa kovalen nonpolar: H2,
O2, Cl2, N2, CH4, C6H6,
BF3.
Pada
ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya
ditentukan oleh hal-hal berikut.
1)
Jumlah momen dipol, jika jumlah
momen dipol = 0, senyawanya bersifat nonpolar. Jika momen dipol tidak sama
dengan 0 maka senyawanya bersifat polar.
2)
Bentuk molekul, jika bentuk
molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar, sedangkan jika bentuk
molekulnya tidak simetris maka senyawanya bersifat polar.
Kedudukan
pasangan elektron ikatan tidak selalu simetris terhadap kedua atom yang
berikatan. Hal ini disebabkan karena setiap unsur mempunyai daya tarik elektron
(keelektronegatifan) yang berbeda-beda. Salah satu akibat dari
keelektronegatifan adalah terjadinya polarisasi pada ikatan kovalen.
Kepolaran
dinyatakan dengan momen dipol (μ), yaitu hasil kali antara
muatan (Q) dengan satuan Coloumb dengan jarak (r) satuan meter.
μ = Q × r
Satuan momen dipol adalah debye
(D), di mana 1 D = 3,33 × 10–30 Cm.
Berikut adalah sajian beberapa
momen dipol dari senyawa kovalen.
Senyawa
|
Keelektronegatifan
|
Momen Dipol (D)
|
HF
HCl
HBr
HI
|
1,8
1,0
0,8
0,5
|
1,91
1,03
0,79
0,38
|
2.3 Ikatan Logam
Ikatan
logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama
elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Ikatan logam terjadi
akibat interaksi antara elektron valensi yang bebas bergerak dengan inti atau
kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik. Contoh: logam besi,
seng, dan perak. Ikatan logam bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah
satu teori yang dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan
elektron. Menurut teori ini, atom logam harus berikatan dengan atom-atom logam
yang lain untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia. Dalam model ini,
setiap elektron valensi mampu bergerak bebas di dalam tumpukan bangun logam
atau bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion positif. Elektron valensi
inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik. Gerakan elektron valensi ini
jugalah yang dapat memindahkan panas dalam logam.
Contoh
terjadinya ikatan logam. Tempat kedudukan elektron valensi dari suatu atom besi
(Fe) dapat saling tumpang tindih dengan tempat kedudukan elektron valensi dari
atom-atom Fe yang lain. Tumpang tindih antarelektron valensi ini memungkinkan
elektron valensi dari setiap atom Fe bergerak bebas dalam ruang di antara
ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron. Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan
2 e–), maka terjadi gaya tarik-menarik antara ion-ion Fe+ dan
elektron-elektron bebas ini. Akibatnya terbentuk ikatan yang
disebut ikatan logam. Logam mempunyai sifat-sifat antara lain:
a. pada suhu kamar umumnya padat,
b. mengilap,
c. menghantarkan panas dan listrik
dengan baik,
d. dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam
bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang sangat rapat (closely
packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam lautan elektron.
Dalam susunan seperti ini elektron valensinya relatif bebas bergerak dan tidak
terpaku pada salah satu inti atom, sehingga elektron-elektron ini tidak
terus-menerus digunakan bersama oleh dua ion yang sama. Bila diberikan energi,
elektron-elektron ini mudah dioperkan dari atom ke atom. Telah kita
ketahui bahwa unsur logam memiliki sedikit elektron valensi. Berarti, pada
kulit luar atom logam terdapat banyak orbital kosong. Hal ini menyebabkan
elektron valensi unsur logam dapat bergerak bebas dan dapat berpindah dari satu
orbital ke orbital lain dalam satu atom atau antar atom.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
atom-atom saling mengikatkan diri satu sama lain karena ingin menyetarakan
kestabilan mereka, sesuai dengan kaidah oktet atau seperti halnya golongan gas
mulia yang telah memiliki kestabilan yang tidak dapat terelakkan lagi (hukum
alam). Adapun
jenis-jenis ikatan kimia terdiri atas 3 macam, yang pertama adalah ikatan ion
yang merupakan ikatan antara unsur-unsur logam dan non-logam, kedua adalah
ikatan kovalen yaitu pemakaian elektron secara bersama-sama oleh unsur
non-logam dan unsur non-logam, serta ikatan logam yang merupakan pemakaian
elektron secara bersama-sama oleh atom-atom logam.
B. Saran
Adapun
saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1.
Sebaiknya pihak universitas
membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya ilmiah melalui
internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan atau materi
lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk
membaca buku.
2.
Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami
pemahaman materi ikatan kimia karena materi ini merupakan
materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk pengambilan
SKS berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten.
2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami
Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia
Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah.
2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur
Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur
Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
0 comments:
Post a Comment