Thursday, 28 May 2015

HIKAYAT PATANI

HIKAYAT PATANI
Inilah suatu kisah yang diceterakan oleh orang tua-tua, asal raja yang berbuat negeri Patani Darussalam itu.
Adapun raja di Kota Maligai itu namanya Paya Tu Kerub Mahajana. Maka Paya Tu Kerub Mahajana pun beranak seorang laki-laki, maka dinamai anakanda baginda itu Paya Tu Antara. Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Kerub Mahajana pun matilah. Syahdan maka Paya Tu Antara pun kerajaanlah menggantikan ayahanda baginda itu. Iamenamai dirinya Paya Tu Naqpa.
Selama Paya Tu Naqpa kerajaan itu sentiasa ia pergi berburu. Pada suatu hari Paya Tu Naqpa pun duduk diatas takhta kerajaannya dihadap oleh segala menteri pegawaihulubalang dan ra'yat sekalian. Arkian maka titah baginda: "Aku dengar khabarnya perburuan sebelah tepi laut itu terlalu banyak konon."
Maka sembah segala menteri: "Daulat Tuanku, sungguhlah seperti titah Duli Yang Mahamulia itu, patik dengar pun demikian juga." 
Maka titah Paya Tu Naqpa: "Jikalau demikian kerahkanlah segala rakyat kita. Esok hari kita hendak pergi berburu ke tepi laut itu." 
Maka sembah segala menteri hulubalangnya: "Daulat Tuanku, mana titah Duli Yang Mahamulia patik junjung."
Arkian setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun berangkatlahdengan segala menteri hulubalangnya diiringkan oleh rakyat sekalian. Setelah sampai pada tempat berburu itu, maka sekalian rakyat pun berhentilah dan kemah pundidirikan oranglah. Maka baginda pun turunlah dari atas gajahnya semayam didalamkemah dihadap oleh segala menteri hulubalang rakyat sekalian. Maka baginda punmenitahkan orang pergi melihat bekas rusa itu. Hatta setelah orang itu datangmenghadap baginda maka sembahnya: "Daulat Tuanku, pada hutan sebelah tepi laut ini terlalu banyak bekasnya."
Maka titah baginda: "Baiklah esok pagi-pagi kita berburu"
Maka setelah keesokan harinya maka jaring dan jerat pun ditahan oranglah. Makasegala rakyat pun masuklah ke dalam hutan itu mengalan-alan segala perburuan itu daripagi-pagi hingga datang mengelincir matahari, seekor perburuan tiada diperoleh. Makabaginda pun amat hairanlah serta menitahkan menyuruh melepaskan anjing perburuanbaginda sendiri itu. Maka anjing itu pun dilepaskan oranglah. Hatta ada sekira-kira duajam lamanya maka berbunyilah suara anjing itu menyalak. Maka baginda pun segeramendapatkan suara anjing itu. Setelah baginda datang kepada suatu serokan tasik itu,maka baginda pun bertemulah dengan segala orang yang menurut anjing itu. Makatitah baginda: "Apa yang disalak oleh anjing itu?"
Maka sembah mereka sekalian itu: "Daulat Tuanku, patik mohonkan ampun dankarunia. Ada seekor pelanduk putih, besarnya seperti kambing, warna tubuhnya gilang gemilang. Itulah yang dihambat oleh anjing itu. Maka pelanduk itu pun lenyaplahpada pantai ini." 
Setelah baginda menengar sembah orang itu, maka baginda pun berangkat berjalankepada tempat itu. Maka baginda pun bertemu dengan sebuah rumah orang tua laki-bini duduk merawa dan menjerat. Maka titah baginda suruh bertanya kepada orang tuaitu, dari mana datangnya maka ia duduk kemari ini dan orang mana asalnya.
Maka hamba raja itu pun menjunjungkan titah baginda kepada orang tua itu. Makasembah orang tua itu: "Daulat Tuanku, adapun patik ini hamba juga pada kebawahDuli Yang Mahamulia, karena asal patik ini duduk di Kota Maligai. Maka pada masa
Paduka Nenda berangkat pergi berbuat negeri ke Ayutia, maka patik pun dikerahorang pergi mengiringkan Duli Paduka Nenda berangkat itu. Setelah Paduka Nendasampai kepada tempat ini, maka patik pun kedatangan penyakit, maka patik punditinggalkan oranglah pada tempat ini."
Maka titah baginda: "Apa nama engkau?" 
Maka sembah orang tua itu: "Nama patik Encik Tani." 
Setelah sudah baginda mendengar sembah orang tua itu, maka baginda pun kembalilahpada kemahnya.
Dan pada malam itu baginda pun berbicara dengan segala menteri hulubalangnyahendak berbuat negeri pada tempat pelanduk putih itu. Setelah keesokan harinya makasegala menteri hulubalang pun menyuruh orang mudik ke Kota Maligai dan keLancang mengerahkan segala rakyat hilir berbuat negeri itu. Setelah sudah segalamenteri hulubalang dititahkah oleh baginda masing-masing dengan ketumbukannya,maka baginda pun berangkat kembali ke Kota Maligai.
Hatta antara dua bulan lamanya, maka negeri itu pun sudahlah. Maka baginda punpindah hilir duduk pada negeri yang diperbuat itu, dan negeri itu pun dinamakannyaPatani Darussalam [negeri yang sejahtera]. Arkian pangkalan yang di tempat pelanduk putih lenyap itu [dan pangkalannya itu] pada Pintu Gajah ke hulu Jambatan Kedi,[itulah. Dan] pangkalan itulah tempat Encik Tani naik turun merawa dan menjerat itu.Syahdan kebanyakan kata orang nama negeri itu mengikut nama orang yang merawaitulah. Bahwa sesungguhnya nama negeri itu mengikut sembah orang mengatakanpelanduk lenyap itu. Demikianlah hikayatnya.
Hatta antara berapa tahun lamanya baginda di atas takhta kerajaan itu, maka bagindapun berputera tiga orang, dan yang tua laki-laki bernama Kerub Picai Paina dan yangtengah perempuan bernama Tunku Mahajai dan bungsu laki-laki bernama MahacaiPailang.
Hatta berapa lamanya maka Paya Tu Naqpa pun sakit merkah segala tubuhnya, danbeberapa segala hora dan tabib mengobati tiada juga sembuh. Maka baginda punmemberi titah kepada bendahara suruh memalu canang pada segala daerah negeri:barang siapa bercakap mengobati baginda, jikalau sembuh, raja ambilkan menantu.
Arkian maka baginda pun sangat kesakitan duduk tiada ikrar. Maka bendahara punsegera bermohon keluar duduk di balairung menyuruhkan temenggung memalucanang, ikut seperti titah baginda itu. Arkian maka temenggung pun segera bermohonkeluar menyuruhkan orangnya memalu canang. Hatta maka canang itu pun dipaluoranglah pada segerap daerah negeri itu, tujuh hari lamanya, maka seorang pun tiadabercakap.
Maka orang yang memalu canang itu pun berjalan lalu di luar kampung orang Pasaiyang duduk di biara Kampung Pasai itu. Syahdan antara itu ada seorang Pasaibernama Syaikh Sa'id. Setelah didengarnya oleh Syaikh Sa'id seru orang yang memalucanang itu, maka Syaikh Sa'id pun keluar berdiri di pintu kampungnya. Maka orangyang memalu canang itu pun lalulah hampir pintu Syaikh Sa'id itu.
Maka kata Syaikh Sa'id: "Apa kerja tuan-tuan memalu canang ini?"
Maka kata penghulu canang itu: "Tiadakan tuanhamba tahu akan raja di dalam negeriini sakit merkah segala tubuhnya? Berapa segala hora dan tabib mengobati dia tiadajuga mau sembuh; jangankan sembuh, makin sangat pula sakitnya. Dari karena itulahmaka titah raja menyuruh memalu canang ini, maka barang siapa bercakap mengobatiraja itu, jikalau sembuh penyakitnya, diambil raja akan menantu."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Kembalilah sembahkan kepada raja, yang jadi menantu rajaitu hamba tiada mau, dan jikalau mau raja masuk agama Islam, hambalah cakapmengobat penyakit raja itu."
Setelah didengar oleh penghulu canang itu, maka ia pun segera kembalibersembahkan kepada temenggung seperti kata Syaikh Sa'id itu. Arkian makatemenggung pun dengan segeranya pergi maklumkan kepada bendahara seperti katapenghulu canang itu. Setelah bendahara menengar kata temenggung itu, makabendahara pun masuk menghadap baginda menyembahkan seperti kata tememggungitu. Maka titah baginda: "Jikalau demikian, segeralah bendahara suruh panggil orangPasai itu."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun dipanggil oranglah. Hatta maka Syaikh Sa'id pundatanglah menghadap raja.
Maka titah raja pada Syaikh Sa'id: "Sungguhkah tuanhamba bercakap mengobatipenyakit hamba ini?"
Maka sembah Syaikh Sa'id: "Jikalau Tuanku masuk agama Islam, hambalah mengobatpenyakit Duli Syah 'Alam itu."
Maka titah raja: "Jikalau sembuh penyakit hamba ini, barang kata tuanhamba ituhamba turutlah."
Setelah sudah Syaikh Sa'id berjanji dengan raja itu, maka Syaikh Sa'id pun duduklahmengobat raja itu. Ada tujuh hari lamanya, maka raja pun dapatlah keluar dihadapoleh menteri hulubalang sekalian. Arkian maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah kepadabaginda, lalu kembali ke rumahya. Antara berapa hari lamanya maka penyakit raja itupun sembohlah. Maka raja pun mungkirlah ia akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.
Hatta ada dua tahun selamanya, maka raja pun sakit pula, seperti dahulu itu juga penyakitnya. Maka Syaikh Sa'id pun disuruh panggil pula oleh raja. Telah Syaik hSa'id datang, maka titah baginda: "Tuan obatlah penyakit hamba ini. Jikalau sembuhpenyakit hamba sekali ini, bahwa barang kata tuanhamba itu tiadalah hamba laluilagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Sungguh-sungguh janji Tuanku dengan patik, maka patik mau mengobati Duli Tuanku. Jikalau tiada sungguh seperti titah Duli Tuanku ini,tiadalah patik mau mengobat dia".
Setelah didengar raja sembah Syaikh Sa'id itu demikian, maka raja pun berteguh-teguhan janjilah dengan Syaikh Sa'id. Arkian maka Syaikh Sa'id pun duduklah mengobat raja itu. Ada lima hari maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah pada rajakembali kerumahnya. Hatta antara tengah bulan lamanya, maka penyakit raja itu punsembuhlah. Syahdan raja pula mungkir akan janjinya dengan Syaikh Sa'id itu.
Hatta antara setahun lamanya maka raja itu pun sakit pula, terlebih dari pada sakityang dahulu itu, dan duduk pun tiada dapat karar barang seketika. Maka Syaikh Sa'idpun disuruh panggil oleh raja pula.
Maka kata Syaikh Sa'id pada hamba raja itu:
"Tuanhamba pergilah sembahkan kebawah Duli Raja, tiada hamba mau mengobatiraja itu lagi, karena janji raja dengan hamba tiada sungguh."
Hatta maka (hamba)raja itu pun kembalilah, maka segala kata Syaikh Sa'id itusemuanya dipersembahkannya kepada raja.
Maka titah raja kepada bentara: "Pergilah engkau panggil orang Pasai itu, engkaukatakan padanya jikalau sembuh penyakitku sekali ini, tiadalah kuubahkan janjikudengan dia itu. Demi berhala yang ku sembah ini, jikalau aku mengubahkan janjiku ini, janganlah sembuh penyakitku ini selama-lamanya."
Arkian maka bentara pun pergilah menjunjungkan segala titah raja itu kepada SyaikhSa'id. Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah berhala tuan raja itulah akan syaksinyahamba: jikalau lain kalanya tiadalah hamba mau mengobat raja itu."
Hatta maka Syaikh Sa'id pun pergilah mengadap raja. Setelah Syaikh Sa'id datang,maka titah raja: "Tuan obatilah penyakit hamba sekali ini. Jikalau sembuh penyakithamba ini, barang yang tuan kata itu bahwa sesungguhnya tiadalah hamba lalui lagi."
Maka kata Syaikh Sa'id: "Baiklah, biarlah patik obat penyakit Duli Tuanku. Jikalausudah sembuh Duli Tuanku tiada masuk agama Islam sekali ini juga, jika datang penyakit Tuanku kemudian harinya, jika Duli Tuanku bunuh patik sekalipun, ridhalahpatik; akan mengobat penyakit Tuanku itu, patik mohonlah."
Maka titah raja: "Baiklah, mana kata tuan itu, hamba turutlah."
Setelah itu maka raja pun diobat pula oleh Syaikh Sa'id itu. Hatta antara tiga harilamanya maka Syaikh Sa'id pun bermohon pada raja, kembali kerumahnya. Hattaantara dua puluh hari lamanya maka penyakit raja itu pun sembuhlah.
Sebermula ada sebulan selangnya, maka pada suatu hari raja semayam di balairungdiadap oleh segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka titah baginda: "Hai segala menteri hulubalangku, apa bicara kamu sekalian, karena aku hendak mengikutagama Islam?"
Maka sembah sekalian mereka itu: "Daulat Tuanku, mana titah patik sekalian junjung,karena patik sekalian ini hamba pada kebawah Duli Yang Mahamulia."
Hatta setelah raja mendengar sembah segala menteri hulubalangnya itu, maka bagindapun terlalulah sukacita, lalu berangkat masuk ke istana.
Setelah datanglah pada keesokan harinya, maka baginda pun menitahkan bentarakanan pergi memanggil Syaikh Sa'id, serta bertitah pada bendahara suruhmenghimpunkan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian. Maka baginda punsemayam di balairung diadap oleh rakyat sekalian. Pada tatkala itu Syaikh Sa'id pundatanglah menghadap raja diiringkan oleh bentara. Setelah Syaikh Sa'id itu datangmaka raja pun sangatlah memuliakan Syaikh Sa'id itu.
Maka titah baginda: "Adapun hamba memanggil tuanhamba ini, karena janji hambadengan tuanhamba ini hendak masuk agama Islam itulah."
Setelah Syaikh Sa'id mendengar titah raja demikian itu, maka Syaikh Sa'id pun segeramengucup tangan raja itu, lalu dijunjungnya. Sudah itu maka diajarkanlah kalimatsyahadat oleh syaikh, demikian bunyinya: "Asyhadu an la ilâha illa l-Lâh wa asyhaduanna Muhammadan rasulu lLâh."
Maka raja pun kararlah membawa agama Islam. Setelah sudah raja mengucap kalimatsyahadat itu, maka Syaikh Sa'id pun mengajarkan kalimat syahadat kepada segalamenteri hulubalang dan rakyat yang ada hadir itu pula.
Telah selesailah Syaikh Sa'id dari pada mengajarkan kalimat syahadat pada segalamereka itu, maka sembah Syaikh Sa'id: "Ya Tuanku Syah 'Alam, baiklah Tuankubernama mengikut nama Islam, karena Tuanku sudah membawa agama Islam, supayabertambah berkat Duli Tuanku beroleh syafa'at dari Muhammad rasul Allah, sallalLâhu alaihi wa sallama diakirat jemah."
Maka titah baginda: "Jikalau demikian, tuanhambalah memberi nama akan hamba."
Arkian maka raja itu pun diberi nama oleh Syaikh Sa'id, Sultan Isma'il Syah ZillullâhFi l'Alam. Setelah sudah Syaikh Sa'id memberi nama akan raja itu, maka titahbaginda: "Anak hamba ketiga itu baiklah tuanhamba beri nama sekali, supayasempurnalah hamba membawa agama Islam."
Maka kembali Syaikh Sa'id: "Barang bertambah kiranya daulat sa'adat Duli YangMahamulia, hingga datang kepada kesudahan zaman paduka anakanda dan cucundaDuli Yang Mahamulia karar sentosa di atas takhta kerajaan di negeri PataniDarussalam."
Arkian maka Syaikh Sa'id pun memberi nama akan paduka anakanda baginda yangtua itu Sultan Mudhaffar Syah dan yang tengah perempuan itu dinamainya Sitti'A'isyah dan yang bungsu laki-laki dinamainya Sultan Manzur Syah. Setelah sudahSyaikh Sa'id memberi nama akan anakanda baginda itu, maka baginda punmengaruniai akan Syaikh Sa'id itu terlalu banyak dari pada emas perak dan kain yangindah-indah. Hatta maka Syaikh Sa'id pun bermohonlah pada raja, lalu kembali kerumahnya di biara Kampung Pasai.
Syahdan pada zaman itu segala rakyat yang di dalam negeri juga yang membawa agama Islam, dan segala rakyat yang diluar daerah negeri seorang pun tiada masuk Islam. Adapun raja itu sungguhpun ia membawa agama Islam, yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang ditinggalkan; lain dari pada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya.


0 comments:

Post a Comment