Sakitnya Menyayangi Dia
Hari ini angin berhembus
kencang membawa kesejukan hati, dihalaman depan rumah aku terduduk diam,
seakan-akan menatap jauh kedepan, berharap akan menemukan ketenangan, namun
yang kurasa hanya sakit yang beramat dalam. Setelah lama mengurung hatiku pada
cinta, akhirnya baru kusadari betapa dalamnya cinta itu telah melukai hati ini.
Kisahku dengannya selama
1 tahun bersama telah usai lah, hilang begitu cepat demi perempuan lain.
Jalinan cinta dan perasaan kurasa harus hancur tenggelam tanpa bekas. Semua
berubah, kebahagiaan yang kudapatkan dari cinta dihatiku untuknya sekejap
hilang, hancur dan meninggalkan luka.
Saat ini dalam sepi
kuhanya terdiam dan membisu. Aku tau memang semua telah terjadi, tapi rasa
takutku dan sakitku tak pernah hilang dari benakku.
Kadang hal yang
diharapkan belum tentu jadi kenyataan. Banyak orang yang menganggapnya takdir
tuhan. Kucoba mengukir sebuah senyuman dibibir. Seolah-olah aku adalah orang
yang paling tegar dan orang yang takkan jatuh begitu saja.
Aku teringat ketika dia
melontarkan sebuah kalimat : “Aku sangat mencintai dan menyayangimu” katanya
saat itu.
Tapi saat ini telah
berubah, saat itu aku benar-benar terluka, terpuruk, dan ku tahan air mata ini,
aku tidak ingin terlihat terlihat lemah. Meski saat itu aku terluka, aku sakit
dan aku tidak ingin menyesali keputusannya …. Tidak akan pernah kusesali !!
Pada hari minggu sore
tepatnya. Aku dan dia tidak sengaja bertemu disebuah tempat. Aku masih ingat
ketika pertemuan tidak sengaja itu. Lalu dia mengajakku untuk mengobrol-mengobrol
sedikit tentang cinta barunya.
Selama beberapa menit
kemudian dia terdiam seperti orang bingung. Tak lama kemudian dia berkata
kesekian kalinya.
“Maafkan aku, aku tidak bermaksud
menyakitimu!” ujarnya.
Aku membalasnya dengan
senyuman kecil. Aku sangat bingung harus berkata apa. Meski aku sangat ingin
bersamanya, lebih lama lagi tapi takdir berkata lain. Aku teringat ketika dia
sering memintaku untuk jangan pergi dan selalu mensupportnya, jadi penyemangat
hidupnya ataupun ketika dia jatuh. Pada akhirnya dia pula yang memintaku untuk
pergi dari kehidupannya.
“Kenapa harus minta maaf, yang dulu
biarlah berlalu.” Jawabku dengan tenang.
“Aku takut kamu terluka gara-gara
aku.” Ujarnya kembali.
Aku hanya terdiam tanpa
sebuah kalimat.
“Maaf, aku baru mengakuinya sekarang,
aku tahu kamu pasti akan membenciku, kini aku sadar, bukan dia yang begitu
tulus menyayangiku, tapi kamulah yang menyayangiku dengan tulus tanpa adanya
kebohongan, jujur aku menyesal setelah kamu benar-benar pergi, aku menyesal
telah membuatmu kecewa. Aku juga menyesal lebih memilih dia dibanding kamu yang
jelas-jelas kekasihku (dulu). Aku telah sia-siakan kamu begitu saja. Bahkan aku
selalu melampiaskan semua amarahku padamu.” Jawabnya dengan penuh penyesalan.
“Tapi kamu sangat egois dan sudahlah
apa kita bahas permasalahan ini, lagi pula kamu sudah bahagia bersama dia kan?”
Jawabku.
“Iya maaf, aku tau, aku egois tapi
masih bisakah kita selalu bersama lagi?”
“Buat apa kamu tanyakan hal itu,
apakah itu penting bagimu??” Tanyaku kembali.
“Aku tidak ingin kamu pergi, tolong
maafkan aku, tapi bisakah kita bersama lagi, tolong jawab.” Tanyanya dengan
penuh harap.
“Aku selalu memaafkan semua
kesalahanmu sebagai teman kuterima, tapi sebagai kekasih lagi kurasa tidak, karena
cinta bukan mainan untuk kita dan sudah jelas dia sangat menyayangimu, jangan
sia-siakan orang yang telah menyayangimu, lupakan aku, aku tak mengapa, lagi
pula aku sudah merelakanmu.”
“Tapi ….!!!”
“Sudahlah jangan kau sesali mungkin
ini takdir kita, dan kita pun harus terima, aku yakin kamu pasti bisa bahagia
bersamanya, tolong jaga dia jangan sampai kamu rusak kebahagiaannya seperti aku
selalu membahagiakanmu.” Kataku (tegar).
“Kuharap kamu menerima ku kembali
walau sebatas teman/sahabat terbaikmu.” Ucapnya kembali.
“Iya aku ngerti, aku tidak ingin ada
dendam/benci diantara kita, dan ingin kita selalu baik-baik saja. Kenangan kita
takkan ku lupa ketika kita masih bersama, kita pernah menangis, tertawa,
bahagia bersama. Semua kenangan itu akan selalu ku ingat dan akan selalu
membekas dihati, maaf jika selama ini aku tidak bisa membahagikanmu.” Aku
berkata sambil meratap matanya.
Aku berlalu pergi,
meninggalkannya sendiri ditempat itu. Sebelumnya aku melihat raut wajahnya
seperti kebingungan. satu sisi rasa yang ia punya pada kekasih barunya tak
pernah hilang, dan satu sisi dia tidak ingin mengecewakanku. Tapi memang berat
berada diposisi antara cinta pertama dan orang asing yang sudah lama membuatnya
nyaman iya aku tau kamu mencintainya bahkan sangat-sangat mencintainya tapi
akupun harus berusaha untuk mengiklaskannya, mungkin dia lah orang yang paling
kamu sayangi. Aku yakin kamu pasti bahagia bersamanya.
Akhirnya akupun bahagia
menikmati hidupku sendiri, karena aku mempunyai teman, sahabat dan keluarga yang
selalu ada untukku, dimana aku terjatuh kejurang yang paling dalam. Aku pun
disarankan oleh orang tua agar akku tidak berpacaran lagi selama aku masih
berstatus pelajar dan agar mencapai prestasiku untuk bersekolah ke jenjang yang
lebih tinggi lagi.
Karena rencana tuhan
lebih indah daripada rencana yang kita bayangkan. Biarlah air mata yang menetes
hingga terus mengalir menemani hari-hariku. Kujadikan ini semua sebagai
pelajaran hidupku untuk kedepannya.
Hanya waktu yang mampu
mengerti saat senyum dan tangis menyatu. Tapi ini terbaik untukmu dan untukku,
semoga cerita cinta ini menjadi kenangan yang tidak dapatku lupakan.
0 comments:
Post a Comment