Thursday 28 May 2015

Cerpen Sakitnya Menyayangi Dia

Sakitnya Menyayangi Dia

Hari ini angin berhembus kencang membawa kesejukan hati, dihalaman depan rumah aku terduduk diam, seakan-akan menatap jauh kedepan, berharap akan menemukan ketenangan, namun yang kurasa hanya sakit yang beramat dalam. Setelah lama mengurung hatiku pada cinta, akhirnya baru kusadari betapa dalamnya cinta itu telah melukai hati ini.
Kisahku dengannya selama 1 tahun bersama telah usai lah, hilang begitu cepat demi perempuan lain. Jalinan cinta dan perasaan kurasa harus hancur tenggelam tanpa bekas. Semua berubah, kebahagiaan yang kudapatkan dari cinta dihatiku untuknya sekejap hilang, hancur dan meninggalkan luka.
Saat ini dalam sepi kuhanya terdiam dan membisu. Aku tau memang semua telah terjadi, tapi rasa takutku dan sakitku tak pernah hilang dari benakku.
Kadang hal yang diharapkan belum tentu jadi kenyataan. Banyak orang yang menganggapnya takdir tuhan. Kucoba mengukir sebuah senyuman dibibir. Seolah-olah aku adalah orang yang paling tegar dan orang yang takkan jatuh begitu saja.
Aku teringat ketika dia melontarkan sebuah kalimat : “Aku sangat mencintai dan menyayangimu” katanya saat itu.
Tapi saat ini telah berubah, saat itu aku benar-benar terluka, terpuruk, dan ku tahan air mata ini, aku tidak ingin terlihat terlihat lemah. Meski saat itu aku terluka, aku sakit dan aku tidak ingin menyesali keputusannya …. Tidak akan pernah kusesali !!
Pada hari minggu sore tepatnya. Aku dan dia tidak sengaja bertemu disebuah tempat. Aku masih ingat ketika pertemuan tidak sengaja itu. Lalu dia mengajakku untuk mengobrol-mengobrol sedikit tentang cinta barunya.
Selama beberapa menit kemudian dia terdiam seperti orang bingung. Tak lama kemudian dia berkata kesekian kalinya.
“Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu!” ujarnya.
Aku membalasnya dengan senyuman kecil. Aku sangat bingung harus berkata apa. Meski aku sangat ingin bersamanya, lebih lama lagi tapi takdir berkata lain. Aku teringat ketika dia sering memintaku untuk jangan pergi dan selalu mensupportnya, jadi penyemangat hidupnya ataupun ketika dia jatuh. Pada akhirnya dia pula yang memintaku untuk pergi dari kehidupannya.
“Kenapa harus minta maaf, yang dulu biarlah berlalu.” Jawabku dengan tenang.
“Aku takut kamu terluka gara-gara aku.” Ujarnya kembali.
Aku hanya terdiam tanpa sebuah kalimat.
“Maaf, aku baru mengakuinya sekarang, aku tahu kamu pasti akan membenciku, kini aku sadar, bukan dia yang begitu tulus menyayangiku, tapi kamulah yang menyayangiku dengan tulus tanpa adanya kebohongan, jujur aku menyesal setelah kamu benar-benar pergi, aku menyesal telah membuatmu kecewa. Aku juga menyesal lebih memilih dia dibanding kamu yang jelas-jelas kekasihku (dulu). Aku telah sia-siakan kamu begitu saja. Bahkan aku selalu melampiaskan semua amarahku padamu.” Jawabnya dengan penuh penyesalan.
“Tapi kamu sangat egois dan sudahlah apa kita bahas permasalahan ini, lagi pula kamu sudah bahagia bersama dia kan?” Jawabku.
“Iya maaf, aku tau, aku egois tapi masih bisakah kita selalu bersama lagi?”
“Buat apa kamu tanyakan hal itu, apakah itu penting bagimu??” Tanyaku kembali.
“Aku tidak ingin kamu pergi, tolong maafkan aku, tapi bisakah kita bersama lagi, tolong jawab.” Tanyanya dengan penuh harap.
“Aku selalu memaafkan semua kesalahanmu sebagai teman kuterima, tapi sebagai kekasih lagi kurasa tidak, karena cinta bukan mainan untuk kita dan sudah jelas dia sangat menyayangimu, jangan sia-siakan orang yang telah menyayangimu, lupakan aku, aku tak mengapa, lagi pula aku sudah merelakanmu.”
“Tapi ….!!!”
“Sudahlah jangan kau sesali mungkin ini takdir kita, dan kita pun harus terima, aku yakin kamu pasti bisa bahagia bersamanya, tolong jaga dia jangan sampai kamu rusak kebahagiaannya seperti aku selalu membahagiakanmu.” Kataku (tegar).
“Kuharap kamu menerima ku kembali walau sebatas teman/sahabat terbaikmu.” Ucapnya kembali.
“Iya aku ngerti, aku tidak ingin ada dendam/benci diantara kita, dan ingin kita selalu baik-baik saja. Kenangan kita takkan ku lupa ketika kita masih bersama, kita pernah menangis, tertawa, bahagia bersama. Semua kenangan itu akan selalu ku ingat dan akan selalu membekas dihati, maaf jika selama ini aku tidak bisa membahagikanmu.” Aku berkata sambil meratap matanya.
Aku berlalu pergi, meninggalkannya sendiri ditempat itu. Sebelumnya aku melihat raut wajahnya seperti kebingungan. satu sisi rasa yang ia punya pada kekasih barunya tak pernah hilang, dan satu sisi dia tidak ingin mengecewakanku. Tapi memang berat berada diposisi antara cinta pertama dan orang asing yang sudah lama membuatnya nyaman iya aku tau kamu mencintainya bahkan sangat-sangat mencintainya tapi akupun harus berusaha untuk mengiklaskannya, mungkin dia lah orang yang paling kamu sayangi. Aku yakin kamu pasti bahagia bersamanya.
Akhirnya akupun bahagia menikmati hidupku sendiri, karena aku mempunyai teman, sahabat dan keluarga yang selalu ada untukku, dimana aku terjatuh kejurang yang paling dalam. Aku pun disarankan oleh orang tua agar akku tidak berpacaran lagi selama aku masih berstatus pelajar dan agar mencapai prestasiku untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Karena rencana tuhan lebih indah daripada rencana yang kita bayangkan. Biarlah air mata yang menetes hingga terus mengalir menemani hari-hariku. Kujadikan ini semua sebagai pelajaran hidupku untuk kedepannya.
Hanya waktu yang mampu mengerti saat senyum dan tangis menyatu. Tapi ini terbaik untukmu dan untukku, semoga cerita cinta ini menjadi kenangan yang tidak dapatku lupakan.

0 comments:

Post a Comment